Pendakian Pertama, Ajang Temu Kangen dan Kenyataan dari Sebuah Harapan

Hi!
Mendaki gunung memang suatu hal yang baru buat gue. Kegiatan yang banyak orang sebut sebagai ajang untuk menemukan jati diri ini baru gue lakuin sekitar tahun 2013. Beberapa hari setelah momen idhul fitri. Bukannya sowan ke kekeluarga besar atau tetangga, eh palah sowan sama alam di gunung. 

Momen libur lebaran juga lah yang akhirnya mempertemukan kembali dengan orang-orang yang udah lama gue kenal di bangku SMA. Dan naik gunung adalah ajang untuk mempertemukannya. Diawali dari ajakan temen yang kuliah di Jakarta akhirnya mendaki gunung pun bisa dilakukan setelah sebelumnya juga mengajak beberapa temen lain. Gak cuma temen yang udah lama gue kenal tapi temen dari temen pun juga diajak. Semakin rame semakin seru, selain nambah temen juga.

Pendakian pertama gue berada di salah satu dari lima gunung yang berada di Magelang. Yaitu gunung Merbabu dengan jalur yang kita pilih adalah lewat jalur Wekas. Lokasi gunung Merbabu via Wekas sangat mudah dan cukup dekat ditempuh dari Yogyakarta.

Beruntung. Itulah yang gue alami dari pendakian pertama ini. Banyak temen gue yang udah lama terjun di dunia mendaki. So, peralatan pendakian yang mereka punya sudah lengkap dan sangat membantu. Gak banyak peralatan yang gue punya buat pendakian. Hanya berbekal dari peralatan kepramukaan yang udah gue punya lama. Karena kebetulan dulu aktif selama beberapa tahun di dunia kepramukaan.

Kemah, mencari jejak, susur pegunungan dan berjalan berkilo-kilo meter memang bukan suatu hal yang asing bagi gue. Tapi... kalo mendaki gunung ini baru pertama. Ada satu temen cewek juga yang gabung dalam pendakian. Hitung-hitung bisa nemenin gue di belakang. Walaupun sebenarnya dia lebih berpengalaman.

Makan siang di POS 2
Sekitar pukul 4 sore kami sampai di pos 2 setelah sekitar pukul 1 siang memulai perjalanan dari basecamp. Kami pun memutuskan beristirahat dan bermalam di pos 2 dan akan melanjutkan perjalanan sampai puncak pada jam satu dini hari.

Pos 2 via Wekas dengan kemudahan sumber mata air.

Selain tempatnya yang luas dan terlindungi dari hembusan angin. Pos dua via Wekas menawarkan pesonanya lewat sumber mata air yang mudah kita dapat. Bukan berbentuk sungai atau danau memang. Meskipun hanya berupa mata air yang disalurkan dari paralon namun hal itu sangat membantu bagi para pendaki yang ingin mengisi ulang air minumnya atau hanya sekedar cuci muka.

Bermalam
Malam yang dingin kami reda dengan hangatnya obrolan. Sembari menyantap makan malam atau hanya sekedar meminum oplosan. Santai saja, bukan oplosan minuman keras yang kami minum. Oplosan yang kami minum adalah campuran dari beberapa merk minuman saset. Entah itu susu cokelat, energen, dan lain sebagainya.

Malam semakin malam, lingkaran obrolan semakin mengecil. Tinggal menyisakan gue dan dua temen gue. Yang laki-laki bernama Rohmad dan sedangkan yang wanita bernama Ferisha. Obrolan membahas tentang masa-masa SMA menghiasi sampai akhirnya menuju ke sebuah bahasan percintaan.

Tidak banyak waktu yang bisa kami habiskan bersama dalam obrolan karena jam satu dini hari nanti akan melanjutkan perjalanan sampai puncak. Kami pun bergegas menuju alam mimpi.

Gak bisa tidur kuy!

Hawa yang begitu dingin membuat gue gak bisa tidur walaupun sudah memakai lima lapis pakaian. Satu kaos pendek, satu kaos panjang dan tiga buah jaket. Itupun sudah ditambah sleeping bag. 

Selain hawa dingin yang membuat gak bisa tidur, obrolan sebelumnya juga membuat hati menjadi gundah gulana. Duh dek. Apalagi kalau gak tentang masalah cinta. Apa yang gue denger dari salah satu temen gue tadi membuat gue sadar tentang kenyataan dari sebuah harapan dari rasa cinta yang gue pendam selama beberapa tahun untuk salah satu teman cewek yang pernah gue kenal di bangku SMA. Duh panjang.

Mentari Menunjukan Sinarnya
Setapak demi setapak langkah kaki ini, merangkak pun gue jalani sampai akhirnya sinar mentari kudapati.

Puncak!

Shubuh akhirnya kami sampai di salah satu puncak tertinggi gunung Merbabu. Yaitu puncak Syarif. Waktu berlalu kami setia menunggu berubahnya warna langit pagi dari puncak gunung Merbabu. Sampai akhirnya mentari itu kini datang membawa sinarnya. Mengobati rasa capek raga dan hati karena curhatan semalam. Duh.

Kini rombongan terbagi menjadi dua. Satu masih setia di puncak Syarif, mengobrol dan sedikit memakan bekal yang membeku. Karena rencana memasak gagal akibat kompor yang kami bawa hilang selama perjalanan dini hari yang gelap tadi. Sedangkan kelompok lain melanjutkan perjalanan menuju puncak yang berada di seberang melewati sebuah jalur yang sangat terkenal dengan sebutan Jembatan Setan. Sebuah nama yang diberikan pada salah satu jalur di gunung Merbabu karena kengeriannya. Rawan jatuh kuy!

Siluet
Istirahat

Menikmati Sang Fajar

Bunga Edelweiss
Kamu. Kamu yang menjadi topik obrolan pada malam itu. Mungkin kamu itu layaknya bunga Edelweiss. Hanya bisa aku pandang dan tak bisa untuk aku miliki.

Set dah! Ah udah ah.

Regards,
Sukma Kurniawan

Pendakian Pertama, Ajang Temu Kangen dan Kenyataan dari Sebuah Harapan Pendakian Pertama, Ajang Temu Kangen dan Kenyataan dari Sebuah Harapan Reviewed by Sukma Kurniawan on 01.10 Rating: 5

Tidak ada komentar